Minggu, 25 September 2011

Dasar-dasar Logika


1.      Pendapat Para Ahli Tentang Logika
Menurut Aristoteles tentang Logika, pada awalnya memang Aristoteles tidak memunculkan istilah Logika dalam karyanya, yang pertama kali memperkenalkan istilah Logika ini adalah Alexander Aphrodisias pada abad 3 masehi dalam arti yang sekarang ini berlaku yaitu ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran. Namun sebelumnya pada abad 1 sebelum masehi oleh Cicero Logika diartikan sebagai seni berdebat. Aristoteles sendiri mengungkapkan tentang Analitika yaitu suatu penyelidikan tentang argumen yang bertitik tolak pada putusan-putusan yang benar dan Dialektika yaitu penyelidikan tentang argumen yang bertitik tolak dari hipotesa/ putusan yang tidak pasti kebenarannya.Aristoteles membagi 3 golongan ilmu pengetahuan yaitu pertama, Praktis : etika dan politik. Kedua, Produktif : menghasilkan karya (teknik dan seni). Ketiga, Teoritis : Fisika, matematika, dan metafisika. Sedangkan Logika menurut Aristoteles bukanlah Ilmu pengetahuan melainkan alat (Organon). Logika adalah alat yang mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiah, dan alat untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan. Logika memang dari dahulu sudah ada namun Aristotels-lah yang pertama menyusun secara sistematik. Menurut Aristoteles pengetahuan dapat dihasilkan melalui 2 metode, yaitu metode Induksi, yaitu dari kasus yang khusus sifatnya ke pengetahuan umum. Dan metode kedua yaitu Deduksi yaitu dari 2 kebenaran yang tidak diragukan kebenarannya dan atas dasar itu menyimpulkan kebenaran ke 3. Ia beranggapan bahwa pengetahuan yang melalui metode Induksi tergantung dari pengetahuan indrawi, sedangkan Deduksi tidak tergantung pengetahuan inderawi dan ini merupakan jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Untuk memperaktekkan deduksi Aristotels memperkanalkan Silogisme.
2.      Macam-macam Logika
Berdasarkan buku karangan C.Verhaak dan R.Haryono Imam, logika dapat dibedakan menjadi dua macam yang tidak dapat di pisahkan satu sama lain, yaitu :
a.      Logika Kodratiah
Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara yang spontan. Tetapi dalam hal-hal yang sulit baik akal budinya maupun seluruh diri manusia dapat dan nyatanya dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Selain itu baik manusia sendiri maupun perkembangan pengetahuannya sangat terbatas.
Hal ini menyebabkan bahwa kesesatan tidak dapat dihindarkan, namun dalam diri manusia sendiri juga terasa adanya kebutuhan untuk menghindarkan kesesatan itu. Untuk menghindarkan kesesatan itu diperlukan suatu ilmu khusus yang merumuskan azas-azas ditepati dalam setiap pemikiran.
b.      Logika Ilmiah
Logika ilmiah ini membatu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikira serta akal budi. Berkat pertolongan logika ini, dapatlah akal budi bekerja dengan lebih tepat, lebih mudah dan lebih aman.
Jadi pada intinya logika kodratiah ada pada setiap manusia karena kodratnya seabgai makhluk rasional. Sejauh manusia itu memiliki rasio maka dia dapat berpikir. Atau dengan akal budi manusia dapat bekerja menurut hukum-hukum logika entah secara spontan atau disengaja. Misalnya manusia dapat berpikir secara spontan bahwa si A berbeda dengan si B atau “makan” tidak sama dengan “tidur”. Jadi tanpa belajar logika ilmiah pun orang dapat berpikir logis dengan mendasarkan pikirannya pada akal sehat saja. Contoh yang lain misalnya, seorang pedagang tidak perlu belajar logika ilmiah untuk maju di bidangnya. Namun apabila hal yang dipikirkan itu bersifat rumit dan kompleks akal sehat saja tidak mencukupi untuk menjamin prosedur pemikiran yang tepat sebab akal sehat saja tidak dapat diuji sepenuhnya secara kritis dan ilmiah. Di sinilah kita ditantang untuk berpikir tentang caranya kita berpikir. Bagaimana kita mengetahui hukum-hukum kodrat pemikiran secara tegas dan eksplisit, agar kita dengan sadar menerapkannya sehingga kita mempunyai kepastian akan kebenaran proses berpikir dan juga kepastian atas kesimpulannya. Tuntutan itu lebih terasa apabila kita harus menggeluti jalan ilmu pengetahun yang  panjang, berliku-liku, dan penuh kesukaran. Pada tataran ini kita membutuhkan logika ilmiah sebagai penyempurnaan atas logika kodratiah. Jadi logika ilmiah : ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan membimbing kita mencapai kesimpulan-kesimpulan yang lurus/sah. Logika ilmiah membentangkan metode yang menjamin kita bernalar secara tepat/semestinya. Bagaimana menghindari kekeliruan dan kesesatan dalam berpikir? Namun harus disadari bahwa logika ilmiah adalah keterangan lebih lanjut atau penyempurnaan atas logika kodratiah.
3.      Tujuan Mempejalari Logika
Tujuan mempelajari logika adalah dengan kita belajar logika kita bisa menjadi orang yang lebih baik dalam menggunakan nalar untuk berfikir, kita dapat mengenali dan menggunakan bentuk-bentuk umum tertentu dari cara penarikan konklusi yang absah dan menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa dijumpai, kita juga dapat memperpanjang rangkaian penalaran itu untuk menyelesaikan problem-problem yang lebih komplek dan daya hayal kita semakin tinggi sehingga menjadi lebih kreatif.
4.      Manfaat Mempelajari Logika
Manfaat logika adalah :
a.       Logika menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan (bahkan seluruh lapangan kehidupan).
  1. Logika menambah daya berpikir abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan menimbulkan disiplin intelektual.
  2. Logika mencegah kita tersesat oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan autoritas, emosi, dan prasangka.
  3. Logika, di masa yang sekarang dikenal sebagai “era of reason’” yang membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu memberakan yang benar dari yang palsu.
  4. Logika membantu orang untuk dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesehatan.